Pendahuluan
Nyeri
adalah suatu rasa (sensasi) yang unik. Keunikannya oleh karena berat ringan
nyeri yang dirasakan tidak ditentukan hanya oleh intensitas stimulus tetapi
juga oleh perasaan dan emosi pada saat itu.
Pada
dasarnya nyeri adalah reaksi fisiologis karena merupakan reaksi protektif untuk
menghindari stimulus yang membahayakan tubuh.Tetapi bila nyeri tetap
berlangsung walaupun stimulus penyebab sudah tak ada,berarti telah terjadi
perubahan patofisiologis yang justru dapat merugikan tubuh. Sebagai contoh,
nyeri karena pembedahan, masih tetap dirasakan pada masa pascabedah ketika
pembedahan sudah selesai.Nyeri semacam ini tidak saja menimbulkan perasaan
menderita,tetapi juga reaksi stres yaitu rangkaian reaksi fisik maupun biologic
yang dapat mengliambat proses penyembuhan.Nyeri patologis atau nyeri klinik ini
yang memerlukan terapi.
Patogenesis
Nyeri
Definisi
yang disusun oleh International Association for The Study of Pain 1979
menyebutkan:
Nyeri
adalah suatu rasa (sensory) dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
disebabkan oleh kerusakan jaringan atau yang berpotensi menyebabkan kerusakan
maupun sesuatu yang digambarkan dem ikian.
Dengan
dem ikian dapat disimpulkan bahwa nyeri terdiri dari 2 komponen yaitu komponen
sensoris dan komponen emosi .
Komponen
sensoris yang menghantarkan impuls melalui serabut syaraf dan _ komponen emosi
merupakan aspek afeksi seseorang terhadap nyeri.Afeksi bersifat subjektif,
ditentukan oleh makna nyeri secara individuil.
Perbedaan
nyeri fisiologis dengan nyeri klinik adalah pada nyeri klinik terjadi proses
sensitisasi pada sistim syarafperifer maupun sentral (susunan syarafpusat dan
spinal cord). Proses sensitisasi menyebabkan terjadinya hiperalgesia,
allodynia, nyeri menetap (khronis) dan rangsangan pada sistim simpatis. Sesuai
taksonomi IASP 1986 yang dimaksudkan dengan hiperalgesia adalah reaksi yang
meningkat terhadap rangsang nyeri sedang allodynia adalah nyeri yang timbul
oleh rangsang dibawah nilai ambang atau non noksius.Perubahan perubahan inilah
yang kemudian menyebabkan kondisi patofisiologis yaitu imobilisasi, infeksi,
gangguan ketahanan tubuh dan gangguan proses penyembuhan.
Penggolongan
nyeri
Terdapat
beberapa pembagian nyeri yang harus diketahui untuk menetapkan aigoritma
pengelolaan dan pemilihan cara mengatasi nyeri.
Menurut
onset dan stimulus penyebab, nyeri digolongkan dalam dua jen is nyeri yaitu
nyeri akut dan nyeri khronik. Disebut nyeri akut bila penyebab dan lokalisasi
nyeri jelas. Umumnya berhubungan dengan kerusakan jaringan dan nyeri hilang bi
la kerusakan jaringan membaik. Prototipe nyeri akut adalah nyeri pembedahan.
Sebal iknya disebut nyeri khronik bila nyeri menetap walaupun kerusakan
jaringan telah sembuh."
Menurut
mekanisme terjadinya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri nosiseptif dan
nyeri non nosiseptif.
Nyeri
nosiseptifadalah nyeri yang ditimbulkan oleh rangsangan pada nosiseptor;
rangsangan disebabkan kerusakan jaringan dan reaksi inflamasi. Tergantung
lokasinya dapat digolongkan nyeri somatik atau nyeri visera.
Nyeri
non nosiseptifadalah nyeri yang ditimbulkan bukan oleh karena rangsangan pada
nosiseptor: Nyeri non nosiseptif disebut juga sebagai nyeri neuropatik yaitu
nyeri yang disebabkan kerusakan jaringan syaraf perifer maupun sentral. Nyeri
pada kerusakan sentral yaitu kerusakan pada tingkat korda spinalis atau taiamus
misalnya deafferentiation pain atau central pain. Nyeri pada kerusakan syaraf
perifer/regional misalnya nyeri pada polineuropati dan causalgia(sympathetic
dystrophy pain).
Kerusakan
syaraf dapat disebabkan oleh infeksi/inflamasi, proses metabolik (diabetes
mellitus), trauma pembedahan maupun infiltrasi atau tekanan tumor.
Menurut
beratringannya nyeri dikategorikan sebagai nyeri ringan, sedang, berat. Tingkatan
ini ditetapkan berdasarkan beberapa parameter yang umumnya dipakai di klinik
yaitu visual analog scale (VAS), verbal scale (discriptive scale), numeric
scale dan faces pain scale untuk anak-anak. Karena nyeri bersifat subjektif,
keluhan pasien dengan sistim skoring tersebut diatas merupakan ukuran untuk
menilai efek analgesik yang diberikan.
Penilaian
verbal dan numerik oleh penderita di konfirmasi dengan ekpresi wajah yang
tampak pada saat yang sama.
Nyeri
kanker merupakan suatu sindroma nyeri yang kompleks dan sangat dipengaruhi oleh
kondisi psikologis pasien. Nyeri kanker dapat bersifat akut ataupun khronik,
nosiseptifataupun neuropatik, sedangkan timbulnya nyeri selain disebabkan tumor
dapat disebabkan oleh terapi terhadap tumor. Oleh karena itu diperlukan suatu
sistim untuk penanganan nya secara terpadu antar beberapa disipl in ilmu yang
terkait (lihat modul 3 bab 3 dan modul 7).
Alur nyeri
Reseptor
untuk stimulus nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor adalah ujung saraf tidak
bermielin A delta dan ujung syarafC bermielin. Nosiseptor terangsang oleh
stimulus dengan intensitas yang potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan;
stimulus ini disebut sebagai stimulus noksius. Selanjutnya stimulus ini
ditransmisikan ke SSP, menimbulkan emosi dan perasaan yang tidak menyenangkan,
sehingga timbul rasa nyeri dan reaksi menghindar.
Bila
stimulus timbul akibat adanya kerusakan jaringan,mekanismetersebut diatas
melewati 4 tahapan yaitu:
Thanduksi
Kerusakan
jaringan karena trauma atau pembedahan menyebabkan dikeluarkannya berbagai
senyawa biokimiawi antara lain ion H,K, prostaglandin dari sel yang rusak,
bradikinin dari plasma, histamin dari sel mast, serotonin dari trombosit dan
substansi P dari ujung syaraf. Senyawa biokimiawi ini berfungsi sebagai mediator
yang menyebabkan perubahan potensial nosiseptor sehingga terjadi arus
elektrobiokimiawi sepanjang akson. Perubahan menjadi arus elektrobiokimia atau
impuls merupakan proses transduksi.
Kemudian
terjadi perubahan patofisiologis karena mediator mediator ini mem pengaruhi
juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas.
Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang
rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator mediator tersebut diatas dan
penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang
sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan. Sensitisasi perifer ini
mengakibatkan pulaterjadinyasensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron
pada korda spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler
yang menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama.
Transmisi
Transmisi
adalah proses penerusan impuls nyeri dari nosiseptor syraf perifer melewati
KORNU dorsalis korda spinal is menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang
akson berlangsung karena proses polarisasi depolarisasi, sedangkan dari neuron
presinaps ke pasca sinaps melewati neurotransmiter.
Modulasi
Modulasi
adalah proses pengendalian internal oleh sistim syaraf, dapat men ingkatkan
atau mengurangi penerusan impuls nyeri.
Hambatan
terjadi melalui sistim analgesia endogen yang melibatkan bermacam
neurotransmiter antara lain golongan endorfin yang dikeluarkan oleh sel otak,
dan neuron di korda spinalis. lmpuls in i bermula dari area periaquaductusgrey
(PAG) dan menghambat transmisi impuls-pre maupun pasca sinaps di tingkat korda
spinalis.
Persepsi
Persepsi
adalah hasil rekonstruksi susunan syaraf pusat tentang impuls nyeri yang
diterima. Rekonstruksi merupakan basil interaksi sistim syaraf sensoris,
informasi kognitif( korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala).
Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan. Sebagai contoh,
terdapat penderita yang tcnang menghadapi pembedahan karena meneri ma
pembedahan sebagai upaya penyembuhan. Motivasi positif ini memicu pelepasan
endorfin dan rangkaian reaksi yang mengaktifkan sistim analgesia endogen; hasil
akhir adalah rasa nyerinya berkurang.
Aspek
Psikososiokultural
Persepsi
individuilatau makna nyeri sangat dipengaruhi oleh aspek psikososiokultural;
dapat terlihat dari berbagai fenomena dalam kehidupan sehari hari. Stimulus
noksius dengan intensitas lama yang disebabkan pukulan teman dan musuh, akan
memberikan rasa nyeri yang berbeda. Oleh karena itu bila diberikan stimulus
nyeri dengan intensitas yang sama pada beberapa orang,tingkat nyeri yang
dirasakan masing masing individu dapat berbeda, tergantung makna stimulus
tersebut bagi masing masing individu. Fenomena ini yang disebut sebagai
perbedaan toleransi nyeri.
Status
psikologis pada saat stimulus masuk misalnya adanya kecernasan, ketakutan, dapat
meningkatkan nyeri yang dirasakan. Demikian juga status sosial, misalnya luka
pada wajah seorang artis dapat terasa lebih nyeri dibandingkan nyeri yang
dirasakan seorang pekerja pabrik dengan luka pada lokasi yang sama. Norma dalam
budaya tertentu juga sangat mempengaruhi rasa nyeri,sebagai contoh secara umum
ibu ibu asia menerima proses kelahiran sebagai tugas mulia sebagai seorang ibu
,sehingga toleransi terhadap nyeri persalinan tinggi.
Pengaruh Stres
Terhadap Nyeri.
Status
psikologis mempengaruhi tingkat nyeri, sebagai contoh, kecemasan merupakan
salah satu bentuk stres psikis yang men ingkatkan nyeri. Sedangkan dari
berbagai penelitian diketahui bahwa pembedahan dan tindakan medik lain menyebabkan
timbul kecemasan. Masalah yang dicemaskan antara lain tentang nyeri yang akan
dihadapi, maupun prosedur pembiusan dan pembedahan maupun kemungkinan
akibatnya.Menjalani rawat inap di rumah sakit menimbulkan kecemasan karena
lingkungan baru dan perasaan tidak berdaya. Kecemasan dan stres psikis lainnya
mempengaruhi persepsi dan afeksi terhadap nyeri sehingga menurunkan toleransi
terhadap nyeri. Berkurangnya toleransi terhadap nyeri menyebabkan makin tinggi
tingkat nyeri yang dirasakan.
Secara
umum disebutkan bahwa emosi negatif mengurangi toleransi terhadap nyeri
sebaliknya emosi positifmeningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Nyeri Pembedahan
Nyeri
pascabedah merupakan prototip nyeri akut karena kerusakan jaringan. Nyeri
pascabedah mengakibatkan berbagai gangguan fungsi tubuh yang memperlambat
proses penyembuhan. Hambatan proses penyembuhan terutama karena hipoksemia dan
infeksi paru yang terjadinya dapat di jelaskan sebagai berikut:
Atelektasis dan
infeksi paru
Pada
pembedahan abdomen atas, nyeri menyebabkan hambatan gerakan otot pernafasan
termasuk diafragma, dan spasme otot abdomen.Akibatnya terjadi ham batan gerakan
pernafasan dan batuk. Ham batan gerakan pernafasan dan batuk selanjutriYa
menyebabkan atelektasis paru, retensi sputum. Retensi sputum merupakan media
yang balk bagi pertumbuhan kuman sehingga mudah terjadi infeksi paru.
Gangguan
peristaltik usus
Refleks
viseral karena nyeri menyebabkan gangguan peristaltik sistim pencernaan yang
berakibat distensi lambung,mual muntah. Distensi lambung membatasi gerakan
diafragma selanjutnya menyebabkan hipoventilasi dan hipoksia.
Meningkatkan
refleks simpatis
Nyeri
memicu kegiatan sistim syaraf simpatis maupun sekresi hormon stres. Terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah, disertai peningkatan katabolisme dan kebutuhan
oksigen tubuh.
Perubahan-perubahan
tersebut diatas akan menyebabkan hipoventilasi,
hipoksemia dan infeksi paru.
gan punya reefrensi nya?
BalasHapus