Minggu, 29 Maret 2015

FAKOEMULSIFIKASI PADA MATA PASCA OPERASI VITREKTOMI

FAKOEMULSIFIKASI PADA MATA PASCA OPERASI VITREKTOMI
Wimbo Sasono
Divisi Vitreoretina - Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD Dr.Soetomo Surabaya

I.              PENDAHULUAN
          Komplikasi terbentuknya katarak akibat tindakan pars plana vitrectomy (PPV) merupakan komplikasi tersering dari PPV, dengan angka berkisar antara 12.5% sampai dengan 80%. Semakin melebarnya indikasi PPV disertai dengan semakin bagusnya hasil  operasi karena ditunjang oleh semakin berkembangnya teknik operasi PPV maka jumlah pasien yang menjalani PPV juga semakin meningkat. Yang perlu diperhatikan juga adalah kondisi mata yang telah dilakukan PPV sangatlah berbeda dengan kondisi sebelum operasi PPV, sehingga hal ini memperbesar risiko terjadinya komplikasi baik intraoperatif  maupun sesudah operasi (Chakrabarti A, 2013).

II.           PATOFISIOLOGI
          Katarak merupakan komplikasi operasi PPV yang cukup banyak, pada umumnya berbentuk katarak nuklear dengan distorsi red reflex, bentuk lainnya adalah katarak posterior subcapsular (PSC) terutama pada kasus yang diberi tamponade silicone oil (Bobrow, 2011). Terbentuknya katarak ini dapat terjadi pada tahun-tahun pertama pasca operasi PPV dan sebagian mempunyai gradasi kekerasan yang tinggi pada katarak tersebut (Burato, 2003; Schubert, 2013).
          Risiko terjadinya komplikasi disebabkan karena operasi vitrektomi yang sebelumnya dilakukan terkait inflamasi dan proses penyerta lainnya. Dapat terjadi sikatrik konjungtiva dan episklera, penurunan jumlah sel endotel akibat silicone oil yang berada di bilik mata depan (BMD), BMD yang dalam dengan atau tanpa silicone oil bubbles yang teremulsifikasi, iridofakodenesis yang mengindikasikan adanya kelemahan zonula, pupil yang sulit lebar sampai integritas makula dan retina yang kurang baik. Disamping itu, dapat terjadi penurunan rigiditas sklera, dimana sering ditemui pada mata miopia yang dilakukan vitrektomi (Lipner, 2008; Chakrabarti A, 2013; Schubert, 2013).

III.        EVALUASI PREOPERATIF
III.1  Anamnesis
                   Riwayat perjalanan yang lengkap khususnya riwayat operasi vitreoretina sebelumnya sangat membantu untuk mengantisipasi potensi terjadinya penyulit dan komplikasi saat          dilakukan fakoemulsifikasi (Chakrabarti A, 2013). Anamnesis khusus mengenai hal tersebut meliputi :
          1.  Riwayat penyakit dan penyakit sistemik penyerta
          2.  Alasan tindakan vitrektomi
          3.  Jenis vitrektomi : core/ sentral atau total, suture atau sutureless dan lain lain
          4.  Jenis tamponade yang digunakan.

III. 2    Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
                   Pemeriksaan dilakukan sedapat mungkin dengan Oftalmoskopi Indirek atau jika         tidak memungkinkan dengan B-scan USG. Pemeriksaan dengan slit lamp kadang belum             cukup mendeteksi adanya katarak tersebut, selain itu juga harus diperhatikan mobilitas  lensa yang diakibatkan tidak adanya vitreus, kadang bahkan dapat terjadi gangguan kelemahan dari            zonula zinii ( subluxatio lentis ) (Bobrow, 2011; Chakrabarti A, 2013).
                   Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penghitungan axial length dan IOL power. Tamponade vitreus dengan silicone oil dapat menyebabkan peningkatan axial length dan perubahan optikal mata. Penghitungan axial length pada mata yang diberi tamponade silicone oil dengan viskositas 1300cSt adalah dengan mengalikan axial length yang didapat dengan 0,71 (Chakrabarti A, 2013).
                   Penghitungan IOL power yang diperoleh harus ditambahkan antara 3.00 – 8.00 D tergantung bentuk spesifik lensa yang digunakan. Lensa planokonveks ditambah 3.00 D, lensa bikonveks ditambah 6.00 D. Bila nantinya direncanakan evakuasi silicone oil, maka kemungkinan dapat terjadi myopic shift sebesar 2.00 – 5.00 D. Jenis IOL yang disiapkan sebaiknya IOL akrilik hidrofobik dan hidrofilik. IOL jenis PMMA juga dapat dipertimbangkan, sedangkan IOL silicone tidak disarankan (Lipner, 2008; Chakrabarti A, 2013).


III. 3   Medikamentosa Preoperatif
          Disarankan menggunakan sikloplegik dan topikal nonsteroid (NSAID) beberapa hari sampai 1 minggu sebelum operasi katarak. Pemberian topikal NSAID mengurangi inflamasi dan mencegah pupil miosis intraoperasi dan dapat mencegah terjadinya CME dan edema makula. Untuk persiapan lainnya sama dengan persiapan operasi fakoemulsifikasi pada umumnya (Bobrow, 2011; Chakrabarti A, 2013).

III.4    Pemilihan Teknik Operasi dan Antisipasi Penyulit
Pada kasus-kasus pasca operasi central/core vitrektomi adanya sisa vitreous di bagian perifer menyebabkan kemungkinan displacement lensa lebih minimal sehingga memungkinkan dilakukan operasi fakoemulsifikasi secara konvensional pada semua tahapan. Tetapi pada kasus pasca total vitrektomi tindakan operasi fakoemulsifikasi harus lebih cermat serta diperlukan beberapa perubahan pada berbagai tahapan operasi. Pada kasus seperti ini kadang diperlukan teknik fakoemulsifikasi pada iris plane dengan terlebih dahulu meluksir katarak keluar dari capsular bag  (Burato, 2003).

IV.        PENATALAKSANAAN INTRAOPERATIF
Fakoemulsifikasi sebaiknya dilakukan transcorneal, mengingat perdarahan dan sikatrik konjungtiva maupun episklera yang sering ditemui pasca scleral buckle akan menyulitkan pada saat membuat scleral tunnel. Hidrodiseksi hingga implantasi IOL harus dilakukan dengan gentle dan hati-hati. Durante operasi sering terbentuk BMD yang sangat dalam serta juga untuk mengantisipasi ketidakutuhan zonular zinii maka dilakukan pengurangan tinggi botol irigasi disertai peningkatan flow rate pada saat memulai operasi fakoemulsifikasi dengan tetap memperhatikan keseimbangan dari kedua parameter tersebut (Lipner, 2008; Burato, 2003; Bobrow, 2011).

V.           PENATALAKSANAAN PASCA OPERATIF
Sebaiknya dilakukan follow up rutin dan ketat untuk mengetahui terjadinya komplikasi berupa cystoid macular edema (CME), progresifitas retinopati diabetik pada penyulit diabetes mellitus, inflamasi dan  glaukoma sekunder. Dapat diberikan steroid topikal, NSAID dan sikloplegik.
Komplikasi pasca operasi dapat terjadi awal atau lebih lambat. Pada minggu-minggu awal waspada terjadinya blefaroptosis, edema kornea sedang sampai berat, peningkatan tekanan intraokular, kebocoran luka insisi, iritis ataupun endoftalmitis. Sedangkan komplikasi jangka panjang dapat terjadi pseudophakic bullous keratopathy, iritis kronis, neovaskularisasi iris, posterior capsular opacification (PCO), edema makula persisten, retinal detachment dan pedarahan vitreus (Bobrow, 2011; Chakrabarti A, 2013).

VI.        PENUTUP
                    Operasi katarak pada mata pasca vitrektomi memiliki tantangan yang lebih besar dan membutuhkan persiapan preoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif yan yang matang. Harus dipertimbangkan riwayat kelainan vitreoretina yang mendasari ketika merencanakan operasi katarak, dan jika memungkinkan menggunakan teknik fakoemulsikasi yang aman untuk meminimalisir penyulit intraoperatif dan komplikasi pascaoperasi.

1 komentar:

  1. Artikel sangat bagus.
    Berapa lama silikon dibolehkan dalam bola mata setelah tindakan vitrectomy ?
    Terimakasih

    BalasHapus