Beberapa pakar memberikan definisi mengenai kepuasan
konsumen. Kata kepuasan atau satisfaction itu sendiri berasal dari
bahasa Latin yaitu “satis” yang berarti cukup baik; memadai dan “facio”
yang berarti melakukan atau membuat. Kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya
pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai” (Tjiptono & Chandra, 2011:292).
Wilkie (dalam Tjiptono, 2007:24)
mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai suatu tanggapan emosional pada
eveluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa.
Dalam Tjiptono (2007:349) Westbrook & Reilly
(1983) berpendapat bahwa kepuasan konsumen merupakan respon emosional terhadap
pengalaman-pengalaman berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli,
gerai ritel, atau bahkan pola perilaku (seperti perilaku berbelanja dan
perilaku pembeli), serta pasar secara keseluruhan. Respon emosional dipicu oleh
proses evaluasi kognitif yang membandingkan persepsi (atau keyakinan) terhadap
objek, tindakan atau kondisi tertentu dengan nilai-nilai (atau kebutuhan,
keinginan, dan hasrat) individual.
Kotler & Keller
(2007:177) mendefinisikan kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang
dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada
dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan
puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepuasan merupakan kecocokan antara harapan konsumen terhadap suatu produk atau
jasa dengan kenyataan produk atau jasa yang diterimanya. Apabila terjadi
kesenjangan antara harapan dan kenyataan terhadap suatu produk atau jasa dalam
arti harapan lebih besar dari kenyataan maka akan terjadi ketidakpuasan.
Ada beberapa faktor pendorong
kepuasan pelanggan, dalam Unud (2006), Irawan (2007: 37) menyebutkan bahwa ada
lima faktor, yaitu: kualitas produk, harga, kualitas jasa (service quality),
emotional factor, dan yang berhubungan dengan biaya serta kemudahan
untuk mendapatkan produk atau jasa tersebut. Menyangkut faktor pendorong
pertama, yaitu kualitas produk, sedikitnya ada enam elemen kualitas produk: performance
(tampilan yang baik), durability (awet/tidak cepat rusak), feature
(memiliki banyak fasilitas), reliability (dapat dihandalkan),
consistency (tidak ada gangguan), dan design(desain yang menawan).
Pada umumnya pelanggan akan puas apabila produk yang digunakan berkualitas.
Elemen ini seringkali tidak mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam
kepuasan pelanggan, karena sangat mudah ditiru oleh pesaing.
Faktor pendorong yang kedua, faktor
harga. Secara umum, bagi pelanggan yang sensitif, harga murah merupakan sumber
kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan value for money yang
tinggi. Untuk industri ritel, komponen harga merupakan hal penting dan sangat
signifikan pengaruhnya terhadap kepuasan pelanggan. Sementara bagi pelanggan
yang tidak sensitif, faktor harga relatif tidak begitu penting kontribusinya
terhadap penciptaan kepuasan pelanggan. Sama halnya dengan faktor pendorong
pertama, faktor harga juga tidak mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam
kepuasan pelanggan, karena kebijaksanaan harga sangat rentan terhadap
duplikasi.
Faktor pendorong yang ketiga adalah
faktor kualitas jasa atau service quality/ServQual. Faktor ini sangat
bergantung pada tiga hal, yaitu sistem, teknologi, dan sumber daya manusia.
Karena faktor sumber daya manusia memberi kontribusi yang sangat besar (70%), maka
faktor ini sangat sulit ditiru oleh pesaing (Irawan, 2007: 38). Kualitas jasa
ini berfokus pada lima dimensi yang ditemukan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan
Berry 1988, yaitu masing-masing adalah: reliability, responsiveness,
assurance, empathy, dan tangible (Tjiptono dan Chandra,
2005 : 133).
Faktor pendorong keempat adalah emotional
factor. Umumnya ini berlaku untuk beberapa produk yang berhubungan dengan
gaya hidup, seperti mobil, kosmetika, dan pakaian. Bagi kelompok pelanggan yang
lebih menekankan emotional value, mereka akan merasakan kepuasannya
apabila mereka menggunakan produk-produk yang dapat merepresentasikan
kesuksesannya, sehingga mereka akan merasa bangga, lebih percaya dan terhormat.
Faktor pendorong yang kelima adalah
hal-hal yang berhubungan dengan biaya dan kemudahan untuk memperoleh produk
atau jasa tersebut. Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman
dan efisien dalam memperoleh pelayanan. Dalam dunia perbankan misalnya,
ketersediaan ATM (automatic teller machine) yang nyaman dan mudah
dicari, akan memberikan kepuasan bagi pelanggan.
Lebih lanjut Irawan (2007:39)
menyatakan bahwa pemahaman atas kelima faktor tersebut belumlah cukup bagi
perusahaan untuk bisa merancang strategi dan program peningkatan kepuasan
pelanggan. Masih diperlukan pengetahuan lainnya seperti berapa bobot
masing-masing faktor tersebut dalam menciptakan kepuasan pelanggan. Industri
yang bersifat komoditas (barang dagangan) umumnya faktor harga merupakan faktor
yang sangat penting. Produk-produk seperti koran dan media cetak lainnya,
kualitas produk merupakan faktor yang sangat dominan. Sedangkan industri
perbankan, perhotelan, rumah sakit, sangat ditentukan oleh faktor kualitas
layanan/jasa.
Kepuasan Pelanggan adalah perasaan
senang atau tidak senang terhadap suatu produk berdasarkan hasil membandingkan
antara produk atau layanan yang diterima dengan produk atau layanan yang
dipersikan oleh konsumen. Ketika persepsi berada di bawah layanan atau produk
yang diterima, maka konsumen akan merasa puas dan senang. Sebaliknya, jika
persepsi terhadap jasa atau layanan sebuah produk berada diatas produk atau
jasa yang diterima maka konsumen akan merasa tidak senang dan merasa tidak puas
(Kotler,2012). Sedangkan menurut
Loudon dan Bitta (1993), kepuasan pelanggan adalah langkah perbandingan antara
pengalaman dan hasil evaluasi.
Persepsi konsumen bisa datang dari dalam diri konsumen itu sendiri atau bisa
dari persepsi yang diciptakan oleh perusahaan. Ketika perusahaan membentuk
persepsi konsumen terlalu tinggi, maka ketidak peluang ketidak puasan konsumen
akan semakin tinggi, sebab peluang produk yang diterima berada di bawah
persepsi konsumen semakin besar. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan
yang menciptakan persepsi konsumen diiringi dengan peningkatan kualitas produk
dan layanan yang seimbang (Keller, 2012). Namun, kendalanya adalah ketika
produk layanan ditingkatkan akan menimbulkan peningkatan biaya. Hal ini yang
tidak diinginkan perusahaan. Oleh sebab itu, strategi nya adalah bagaimana
perusahaan dengan banyak stakeholder
yang terlibat mampu membuat produk dan layanan menjadi lebih efisien dan produk
layanan yang diberikan ke konsumen tetap dapat memberikan hasil diatas persepsi
konsumen dan mampu menciptakan kepuasan konsumen.
Mengukur kepuasan konsumen memiliki
beberapa teknik yang biasa digunakan. Survei secara berkala dan menanyakan secara langsung pertanyaan
terkait kepuasan konsumen, mengajukan pertanyaan lanjutan seperti seberapa
besar keinginan konsumen untuk merekomendasikan produk kepada orang lain. Survei berkala bisa
dilakukan dalam kurun waktu satu tahunan. Selain melihat pada perusahaan
sendiri, performance pesaing atau
kepuasan pelanggan terhadap produk pesaing juga perlu dilakukan. Sedangkan
teknik yang biasa digunakan untuk memonitoring kualitas layanan adalah dengan mystery shopper.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar