Pendahuluan
Keadaan
gawat biasanya menyangkut gangguan 4 sistim organ yaitu pernafasan sirkulasi,
neurologis dan sistim ginjal / lektrolit. Padamulannya mungkin hanya mengenai 1
fungsi organ akan tetapi bila penanganan kurang baik dapat mengenai organ —
organ yang lain, misalnya pasien dengan gagal ginjal jarung karena miokard
infark dapat pula mengakibatkan terjadinya gagal nafas dan gagal ginjal, dem
ikian pula pasien dengan primer gagal nafas dapat pula mengalami gagal jantung
dan gagal ginjal.
Penanganan
pasien dengan memperhatikan hubungan yang erat diantara fungsifungsi organ
tubuh merupakan dasar penanganan pasien di ICU.
Dalam
sejarahnya ICU berkembang dari adanya unit-unit yang terpisah misalnya unit paru-paru
untuk pemakaian ventilator, unit ginjal untuk dialisa, unit koroner untuk
perawatan pasien dengan penyakit janrung koroner. Karena penagnanan pasien
gawat lebih kurang sama apapun penyakitnya maka pasien-pasien gawat tersebut
lebih efektif bila dirawat disuatu ruang tertentu yang disebut ICU um um
(general ICU).
Dari
segi ekonomi dan penyediaan tenaga dan peralatan, perawatan pasien gawat yang
dilakukan di ICU lebih menguntungkan.
Pengertian
ICU
Icu
adalah suatu unit didalam rumah sakit yang mengetrapkan terapi yang aggresif,
dengan menggunakan alat-alat canggih baik invasive atau noninvasive, pada
pasien — pasien yang gawat baik actual atau potential (pasien resiko tinggi),
diharapkan pasien akan memperoleh manfaat yang besar bila dirawat di ICU, oleh
karena itu pasien dengan penyakit terminal atau tak dapat disebuhkan kurang
mendapatkan manfaat maksimal bila dirawat di ICU. Prinsip kerja di ICU adalah
instant diagnose dan instant terapi, karena itu hasil pengamatan adanay
perubahan fisiologis atau hasil pemeriksaan baik fisik, laboratorium atau
diagnostik lain yang menunjang keberhasilan penanganan pasien di ICU.
Pasien
gawat adalah pasien yang karena penyakitnya baik karena trauma, pembedahan atau
medik dapat mengancam jiwanya, bila tidak segera dilakukan pertolongan
berakibat kematian, kecacatan.
Sesuai
dengan macam perawatan yang dapat dilakukan maka ICU terbagi menjadi 3 level
yaitu level I, II dan III
Level
I
Disebut
pula high dependency unit, di unit ini hanya dilakukan monitoring / observasi
fungsi vital, trmasuk monitoring EKG. Fasilitas untuk melakukan resusitasi juga
tersedia di unit kalau paien memerlukan respirator dimungkinkan pula tetapi
hanya dalam jangka waktu < 24 jam.
Level
II
Perawatan
respirator dalam waktu lebih lama, terdapat dokter jaga dalam 24 jam, serta
setiap waktu dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium, radiology.
Level
III
Biasanya
terletak dirumah sakit besar (tipe A), melakukan semua tindakan berkaitan
dengan perawatan intensif pada semua gagal organ. Di unit ini terdapat seorang
intensive atau anestetist yang bekerja sama dengansemuadokter dari disipl in
lain, yang dapat saling berhubungan dalam 24 jam. Perawat yang bekerja di unit
ini hams berpendidikan khusus (critical care nurse).
Sistim
pelayanan di ICU dapat bersifat closed system, yaitu adanya l tim dokter yang
melakukan perawat pasien, dokter-dokter lain bisa memasukkan pasien ke ICU
setelah mendapat persetujuan dari tim dokter tersebut, dan semua kebijakan
perawat pasien diserahkan pada tanggung jawab tim dokter di ICU. Opened system,
yaitusistim yang memperkenankan setiap dokter merawat pasiennya di ICU dengan
kebijakan perawatan dari masing — masing dokter. Sedangkan sistim yang lebih
kompromitas adalah sistim menagement — in —concultation yaitu adanya dokter
intensivist atau dokter anestesi yang bertindak sebagai koodinator dalam
pelayanan pasien disini faktor komunikasi, informasi dan edukasi sangat penting
demi kebaikan pelayanan pada pasien. Harus dihindari terjadinya "single organ
doctor" yang dapat menimbulkan konflik dalam pemberian terapi.
Design
/ Perencaaan ICU
Pada
dasarnya suatu ICU harus mempunyai area atau ruang untuk perawatan pasien,
ruang penyimpanan barang / alat / obat, ruang laboratorium dan ruang untuk tunggu
atau komunikasi dengan keluarga atau famili penderita.
Area
perawatan pasien
Minimal
setiap pasien memerlukan area seluas 18,5 m2, setiap area dilengkapi dengan
sumber I istrik yang cukup, 2-3 sumber olcsigen, 2 sumber compressed air, 2
sumber suction, dapat menempel didinding atau menggantung dari atap, atau pada
kolom dari lantai.
Disetiap
tempat tidur dilengkapi dengan monitor minimal 4 channel; EKG-Nadi, Sp02,
pengukuran tekanan darah noninvasive, dapat pula ditambahkan pengukuran tekanan
darah invasive (direct arterial blood pressure monitoring), cardiac output
monitor, atau end tidal CO2 monitor, serta monitoring suhu.
Sebaiknya
di lengkapi dengan ruang isolasi untuk pasien — paien yang menderita sepsis.
Ruang ini memerlukan perlakuan khusus.
Disekitar
tempat tidur harus cukup ruangan untuk menempatkan barang / alat misalnya
respirator, tiang infus, syringe pump, infusion pump, meja atau trolley tempat
letnbar observasi.
Ruangan
ICU harus diberi jendela kaca yang ben ing supaya pasien tidak merasa diisolasi
atau mengalami disorientasi waktu, yang. dapat meningkatkan stress. Di area
nurse station, sebaiknya bisa mengamati semua pasien, dilengkapi dengan rak
penyimpanan obat, kulkas baik untuk obat atau specimen, telepon serta
formulir—formulir yang digunakan.
Tempat
cuci tangan harus disediakan dalam jumlah yang cukup, sebaiknya berdekatan
dengan tempat tidur pasien. Alat viewer untuk membaca foto juga merupakan
keharusan di suatu ICU.
Kriteria
Masuk dan Keluar ICU
Indikasi
masuk ICU biasanyadigolongkan menjadi prioritas tinggi dan prioritas rendah.
Prioritas tinggi adalah pasien — pasien gawat, fungsi vital tidak stabil,
penyakitnya potensial bersifat reversible, yang memerlukan perawatan intensif,
pemasangan ventilator, pemberian obat vasoaktifdan observasi fungsi vital yang
ketat. Bila prognosisnya tidak dapat tidak dapat dipastikan, maka dapat dicoba
dirawat di ICU dengan catatan "risk" yang memerlukan perawat intensif
atau pasien dengan keadaan medik atau penyakitnya bersifat irreversible. Termasuk
golongan pasien ini adalah pasien dengan Ca terminal, atau penyakit kronis yang
lanjut. Kadang — kadang atas pertimbangan social paien yang sebenarnya tidak
memerlukan perawatan ICU diputuskan untuk dirawat ICU, asalkan keluarga
diterangkan tentang masalah yang akan dihadapi khusunya tentang biayanya.
Criteria
masuk dan keluar dapat ditentukan oleh masing — masing ICU sesuai dengan tipe
jumlah tempat tidur. Penyususnan criteria tersebut berdasarkan adanya gagal
organ baik pernafasan, sirkulasi, syaraf pusat atau gagal ginjal / elektrol it.
Lembar
Pencatatan ICU
Pasien
yang dirawat di ICU menunjukkan adanya perubahan patofisiologi yang kompleks,
sehingga pemeriksaan fisik dan pengamatan data—data perubahan fisiologis dan
laboratorium merupakan informasi yang sangat penring dalam menentukan diagnose
dan trapi. Lembar pencacatan di ICU harus dapat mencakup semua perubahan
fisiologis dan penanganannya. Prinsip dari lembar pencacatan adalah clear,
complete dan lebar yang kendalannya adalah cara penulisan dan cara penyimpannya.
Parameter
yang harus ada di lem bar pencatatan.
Tanda
/ fungsi vital; tekanan darah, nadi, suhu, respirasi.
Respirasi
; Sp02, tidal volume, minute ventilation, airway pressure, AaDO2, compliance.
Hemodinamik
; CVP, arterial pressure, cardiac output, tekanan A, pulmonal is Setting
ventilator : mode, PEEP, Fo02.
5.
Status neurologis : GCS, ukuran pupil, reaksi cahaya. Balans cairan input dan
output.
Obat
— obat yang diberikan
Data
— data laboratorium.
Etika
Perawatan ICU
Masalah
etik sering muncul di ICU, misalnya pasien dirawat dengan respirator, ternyata
diketahui menderita hepatoma stadium lanjut, apakah respirator tersebut akan
dilepas, lebih — lebih bila respirator tersebut hanay satu — satunya sdang ada
pasien lain yang mutlak memerlukan bantuan nafas dengan respirator. Problem
lain misalnya pasien dengan penyakit AIDS kemudian mengalami cardiac arrest
apakah pasien harus dilakukan CPR ?. Seringkali pula tidak ada jawaban yang
bisa mernuaskan
Walaupun
pasien atau keluarga menghendaki dilakukan tindakan maksimal dokter harus
mempertimbangkan antara manfaat di lakukannya terapi dengan kalau tidak
dilakukan, dalam arti tindakan tersebut akan sia — sia.
Beberapa
alternatif pengobatan yang diberikan pada pasien ICU sehubungan dengan masalah
etik :
1.
Do
anything — full support, meliputi CPR, obat vasopressor, respirator hemodial
isa dan pembedahan.
2.
Do
something — full support kecuali CPR, obat vasopressor masih diberikan kalau
perlu parenteral nutrisi.
3.
Do
nothing— mengupayakan agar pasien merasa nyaman, tak mengalami nyeri,
tergantung pada kebijakan para dokter dan keluarga seringkali obat antibiotika
dan obat—obat lain tidak diberikan kecuali vitamin, cairan infus hanyadiberikan
larutan standard maintenance saja.
Bila
mengalami kesulitan dalam memutuskan masalah yang berkaitan dengan etik, maka
sebaiknya konsultasi dengan komisi etik dimasing— masing rumah sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar