Kamis, 26 Maret 2015

DASAR DASAR ICU

Pendahuluan
Keadaan gawat biasanya menyangkut gangguan 4 sistim organ yaitu pernafasan sirkulasi, neurologis dan sistim ginjal / lektrolit. Padamulannya mungkin hanya mengenai 1 fungsi organ akan tetapi bila penanganan kurang baik dapat mengenai organ — organ yang lain, misalnya pasien dengan gagal ginjal jarung karena miokard infark dapat pula mengakibatkan terjadinya gagal nafas dan gagal ginjal, dem ikian pula pasien dengan primer gagal nafas dapat pula mengalami gagal jantung dan gagal ginjal.
Penanganan pasien dengan memperhatikan hubungan yang erat diantara fungsi­fungsi organ tubuh merupakan dasar penanganan pasien di ICU.
Dalam sejarahnya ICU berkembang dari adanya unit-unit yang terpisah misalnya unit paru-paru untuk pemakaian ventilator, unit ginjal untuk dialisa, unit koroner untuk perawatan pasien dengan penyakit janrung koroner. Karena penagnanan pasien gawat lebih kurang sama apapun penyakitnya maka pasien-pasien gawat tersebut lebih efektif bila dirawat disuatu ruang tertentu yang disebut ICU um um (general ICU).
Dari segi ekonomi dan penyediaan tenaga dan peralatan, perawatan pasien gawat yang dilakukan di ICU lebih menguntungkan.

Pengertian ICU
Icu adalah suatu unit didalam rumah sakit yang mengetrapkan terapi yang aggresif, dengan menggunakan alat-alat canggih baik invasive atau noninvasive, pada pasien — pasien yang gawat baik actual atau potential (pasien resiko tinggi), diharapkan pasien akan memperoleh manfaat yang besar bila dirawat di ICU, oleh karena itu pasien dengan penyakit terminal atau tak dapat disebuhkan kurang mendapatkan manfaat maksimal bila dirawat di ICU. Prinsip kerja di ICU adalah instant diagnose dan instant terapi, karena itu hasil pengamatan adanay perubahan fisiologis atau hasil pemeriksaan baik fisik, laboratorium atau diagnostik lain yang menunjang keberhasilan penanganan pasien di ICU.
Pasien gawat adalah pasien yang karena penyakitnya baik karena trauma, pembedahan atau medik dapat mengancam jiwanya, bila tidak segera dilakukan pertolongan berakibat kematian, kecacatan.
Sesuai dengan macam perawatan yang dapat dilakukan maka ICU terbagi menjadi 3 level yaitu level I, II dan III
Level I
Disebut pula high dependency unit, di unit ini hanya dilakukan monitoring / observasi fungsi vital, trmasuk monitoring EKG. Fasilitas untuk melakukan resusitasi juga tersedia di unit kalau paien memerlukan respirator dimungkinkan pula tetapi hanya dalam jangka waktu < 24 jam.
Level II
Perawatan respirator dalam waktu lebih lama, terdapat dokter jaga dalam 24 jam, serta setiap waktu dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium, radiology.
Level III
Biasanya terletak dirumah sakit besar (tipe A), melakukan semua tindakan berkaitan dengan perawatan intensif pada semua gagal organ. Di unit ini terdapat seorang intensive atau anestetist yang bekerja sama dengansemuadokter dari disipl in lain, yang dapat saling berhubungan dalam 24 jam. Perawat yang bekerja di unit ini hams berpendidikan khusus (critical care nurse).
Sistim pelayanan di ICU dapat bersifat closed system, yaitu adanya l tim dokter yang melakukan perawat pasien, dokter-dokter lain bisa memasukkan pasien ke ICU setelah mendapat persetujuan dari tim dokter tersebut, dan semua kebijakan perawat pasien diserahkan pada tanggung jawab tim dokter di ICU. Opened system, yaitusistim yang memperkenankan setiap dokter merawat pasiennya di ICU dengan kebijakan perawatan dari masing — masing dokter. Sedangkan sistim yang lebih kompromitas adalah sistim menagement — in —concultation yaitu adanya dokter intensivist atau dokter anestesi yang bertindak sebagai koodinator dalam pelayanan pasien disini faktor komunikasi, informasi dan edukasi sangat penting demi kebaikan pelayanan pada pasien. Harus dihindari terjadinya "single organ doctor" yang dapat menimbulkan konflik dalam pemberian terapi.

Design / Perencaaan ICU
Pada dasarnya suatu ICU harus mempunyai area atau ruang untuk perawatan pasien, ruang penyimpanan barang / alat / obat, ruang laboratorium dan ruang untuk tunggu atau komunikasi dengan keluarga atau famili penderita.
Area perawatan pasien
Minimal setiap pasien memerlukan area seluas 18,5 m2, setiap area dilengkapi dengan sumber I istrik yang cukup, 2-3 sumber olcsigen, 2 sumber compressed air, 2 sumber suction, dapat menempel didinding atau menggantung dari atap, atau pada kolom dari lantai.
Disetiap tempat tidur dilengkapi dengan monitor minimal 4 channel; EKG-Nadi, Sp02, pengukuran tekanan darah noninvasive, dapat pula ditambahkan pengukuran tekanan darah invasive (direct arterial blood pressure monitoring), cardiac output monitor, atau end tidal CO2 monitor, serta monitoring suhu.
Sebaiknya di lengkapi dengan ruang isolasi untuk pasien — paien yang menderita sepsis. Ruang ini memerlukan perlakuan khusus.
Disekitar tempat tidur harus cukup ruangan untuk menempatkan barang / alat misalnya respirator, tiang infus, syringe pump, infusion pump, meja atau trolley tempat letnbar observasi.
Ruangan ICU harus diberi jendela kaca yang ben ing supaya pasien tidak merasa diisolasi atau mengalami disorientasi waktu, yang. dapat meningkatkan stress. Di area nurse station, sebaiknya bisa mengamati semua pasien, dilengkapi dengan rak penyimpanan obat, kulkas baik untuk obat atau specimen, telepon serta formulir—formulir yang digunakan.
Tempat cuci tangan harus disediakan dalam jumlah yang cukup, sebaiknya berdekatan dengan tempat tidur pasien. Alat viewer untuk membaca foto juga merupakan keharusan di suatu ICU.

Kriteria Masuk dan Keluar ICU
Indikasi masuk ICU biasanyadigolongkan menjadi prioritas tinggi dan prioritas rendah. Prioritas tinggi adalah pasien — pasien gawat, fungsi vital tidak stabil, penyakitnya potensial bersifat reversible, yang memerlukan perawatan intensif, pemasangan ventilator, pemberian obat vasoaktifdan observasi fungsi vital yang ketat. Bila prognosisnya tidak dapat tidak dapat dipastikan, maka dapat dicoba dirawat di ICU dengan catatan "risk" yang memerlukan perawat intensif atau pasien dengan keadaan medik atau penyakitnya bersifat irreversible. Termasuk golongan pasien ini adalah pasien dengan Ca terminal, atau penyakit kronis yang lanjut. Kadang — kadang atas pertimbangan social paien yang sebenarnya tidak memerlukan perawatan ICU diputuskan untuk dirawat ICU, asalkan keluarga diterangkan tentang masalah yang akan dihadapi khusunya tentang biayanya.
Criteria masuk dan keluar dapat ditentukan oleh masing — masing ICU sesuai dengan tipe jumlah tempat tidur. Penyususnan criteria tersebut berdasarkan adanya gagal organ baik pernafasan, sirkulasi, syaraf pusat atau gagal ginjal / elektrol it.

Lembar Pencatatan ICU
Pasien yang dirawat di ICU menunjukkan adanya perubahan patofisiologi yang kompleks, sehingga pemeriksaan fisik dan pengamatan data—data perubahan fisiologis dan laboratorium merupakan informasi yang sangat penring dalam menentukan diagnose dan trapi. Lembar pencacatan di ICU harus dapat mencakup semua perubahan fisiologis dan penanganannya. Prinsip dari lembar pencacatan adalah clear, complete dan lebar yang kendalannya adalah cara penulisan dan cara penyimpannya.
Parameter yang harus ada di lem bar pencatatan.
Tanda / fungsi vital; tekanan darah, nadi, suhu, respirasi.
Respirasi ; Sp02, tidal volume, minute ventilation, airway pressure, AaDO2, com­pliance.
Hemodinamik ; CVP, arterial pressure, cardiac output, tekanan A, pulmonal is Setting ventilator : mode, PEEP, Fo02.
5. Status neurologis : GCS, ukuran pupil, reaksi cahaya. Balans cairan input dan output.
Obat — obat yang diberikan
Data — data laboratorium.

Etika Perawatan ICU
Masalah etik sering muncul di ICU, misalnya pasien dirawat dengan respirator, ternyata diketahui menderita hepatoma stadium lanjut, apakah respirator tersebut akan dilepas, lebih — lebih bila respirator tersebut hanay satu — satunya sdang ada pasien lain yang mutlak memerlukan bantuan nafas dengan respirator. Problem lain misalnya pasien dengan penyakit AIDS kemudian mengalami cardiac arrest apakah pasien harus dilakukan CPR ?. Seringkali pula tidak ada jawaban yang bisa mernuaskan
Walaupun pasien atau keluarga menghendaki dilakukan tindakan maksimal dokter harus mempertimbangkan antara manfaat di lakukannya terapi dengan kalau tidak dilakukan, dalam arti tindakan tersebut akan sia — sia.
Beberapa alternatif pengobatan yang diberikan pada pasien ICU sehubungan dengan masalah etik :
1.      Do anything — full support, meliputi CPR, obat vasopressor, respirator hemodial isa dan pembedahan.
2.      Do something — full support kecuali CPR, obat vasopressor masih diberikan kalau perlu parenteral nutrisi.
3.      Do nothing— mengupayakan agar pasien merasa nyaman, tak mengalami nyeri, tergantung pada kebijakan para dokter dan keluarga seringkali obat antibiotika dan obat—obat lain tidak diberikan kecuali vitamin, cairan infus hanyadiberikan larutan standard maintenance saja.

Bila mengalami kesulitan dalam memutuskan masalah yang berkaitan dengan etik, maka sebaiknya konsultasi dengan komisi etik dimasing— masing rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar